Mata Kuliah : Statsistik dan Sistem Informasi Rumah Sakit
Nama : Puja Ellisa
Nim: 201531350
Tugas Online 1.
Padatanggal 5 Februari 2015 ada 5 pasien yang pulang dan diketahui:
Tanggal masuk sbb: a. 13 Januari 2015
b. 29 Januari 2015
c. 31 Januari 2015
d. 27 Januari 2015
e. 4 Februari 2015
Pertanyaan: 1. Hitunglah LOS dari 5 pasien yang keluardari RS 2. Rata-rata lama perawatan (Average LOS)?
Jawab:
Los Pasien dari kelima pasien adalah:
13 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 24 hari waktu rawat
29 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 8 hari waktu rawat
31 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 6 hari waktu rawat
27 Februari 2015 - 5 Februari 2015 : 10 hari waktu rawat
4 Februari 2015 – 5 Februari 2015 : 1 hari waktu rawat
Jumlah LOS adalah : 49 hari waktu rawat.
Rata-rata lama perawatan (Average LOS)
ALOS = Jumlah lama perawatan pada periode waktu tertentu
Jumlah Pasien keluar (H+M) pada periode waktu tertentu
= 49 = 9,8 hari.
5
Sebuah RS pendidikan mempunyai ruang perawatan A dengan TT= 20 pada tahun 2015. Selama tahun tsb. Jumlah hari rawat = 5100hari. Jumlah pasien keluar = 1205 dengan lama perawatan = 4964 hari . a. Berapa jumlah pasien rata-rata perhari ? b. Berapa AVLOS ? c. Berapa BOR ?
Jawab:
Jumlah pasien rata-rata perhari:
Rata-rata= Jumlah Pasien Keluar
365 hari
Rata-rata = 1205
365
Rata-rata = 3,3 orang perhari
AVLOS = Jumlah lama perawatan pada periode waktu tertentu
Jumlah Pasien keluar (H+M) pada periode waktu tertentu
AVLOS = 4965
1205
AVLOS : 4,11 hari
BOR = Jumlah hari rawat pada periode tertentu x 100
Jumlah tt yang tersedia x jumlah hari pada periode yang sama
BOR = 5100 x 100
20 x 365
BOR = 69,86% = 70%
Sebuah RS Umum dengan TT=397 mempunyai pasien keluar/ meninggal 17245 dalam tahun 2015. Jumlah pasien meninggal = 470 dengan 79 meninggal< 48 jam. Jumlah Hari Rawat ( Bed days) = 126975 Jumlah Lama Perawatan pasien keluar/ meninggal = 114940. a. Angka Kematian Bersih (Net Death Rate) ? b. Angka Kematian Kotor ( Gross Death Rate ) ?
Jawab:
NDR = Jumlah pasien mati >48 jam X 1000 0/00
Jumlah pasien keluar (H+M)
NDR = 391 x 1000 0/00
17245
NDR = 22,67 0/00
GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya x 1000 0/00
Jumlah pasien keluar (H+M)
GDR = 470 x 1000 0/00
17245
GDR = 27,25 0/00
Kelompok : Puja ellisa 201531350
Renata Ida nababan 201531361
Selasa, 27 September 2016
Tugas Statsistik dan Sistem Informasi Rumah Sakit online 1,
Mata Kuliah : Statsistik dan Sistem Informasi Rumah Sakit
Nama : Puja Ellisa
Nim: 201531350
Tugas Online 1.
Padatanggal 5 Februari 2015 ada 5 pasien yang pulang dan diketahui:
Tanggal masuk sbb: a. 13 Januari 2015
b. 29 Januari 2015
c. 31 Januari 2015
d. 27 Januari 2015
e. 4 Februari 2015
Pertanyaan: 1. Hitunglah LOS dari 5 pasien yang keluardari RS 2. Rata-rata lama perawatan (Average LOS)?
Jawab:
Los Pasien dari kelima pasien adalah:
13 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 24 hari waktu rawat
29 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 8 hari waktu rawat
31 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 6 hari waktu rawat
27 Februari 2015 - 5 Februari 2015 : 10 hari waktu rawat
4 Februari 2015 – 5 Februari 2015 : 1 hari waktu rawat
Jumlah LOS adalah : 49 hari waktu rawat.
Rata-rata lama perawatan (Average LOS)
ALOS = Jumlah lama perawatan pada periode waktu tertentu
Jumlah Pasien keluar (H+M) pada periode waktu tertentu
= 49 = 9,8 hari.
5
Sebuah RS pendidikan mempunyai ruang perawatan A dengan TT= 20 pada tahun 2015. Selama tahun tsb. Jumlah hari rawat = 5100hari. Jumlah pasien keluar = 1205 dengan lama perawatan = 4964 hari . a. Berapa jumlah pasien rata-rata perhari ? b. Berapa AVLOS ? c. Berapa BOR ?
Jawab:
Jumlah pasien rata-rata perhari:
Rata-rata= Jumlah Pasien Keluar
365 hari
Rata-rata = 1205
365
Rata-rata = 3,3 orang perhari
AVLOS = Jumlah lama perawatan pada periode waktu tertentu
Jumlah Pasien keluar (H+M) pada periode waktu tertentu
AVLOS = 4965
1205
AVLOS : 4,11 hari
BOR = Jumlah hari rawat pada periode tertentu x 100
Jumlah tt yang tersedia x jumlah hari pada periode yang sama
BOR = 5100 x 100
20 x 365
BOR = 69,86% = 70%
Sebuah RS Umum dengan TT=397 mempunyai pasien keluar/ meninggal 17245 dalam tahun 2015. Jumlah pasien meninggal = 470 dengan 79 meninggal< 48 jam. Jumlah Hari Rawat ( Bed days) = 126975 Jumlah Lama Perawatan pasien keluar/ meninggal = 114940. a. Angka Kematian Bersih (Net Death Rate) ? b. Angka Kematian Kotor ( Gross Death Rate ) ?
Jawab:
NDR = Jumlah pasien mati >48 jam X 1000 0/00
Jumlah pasien keluar (H+M)
NDR = 391 x 1000 0/00
17245
NDR = 22,67 0/00
GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya x 1000 0/00
Jumlah pasien keluar (H+M)
GDR = 470 x 1000 0/00
17245
GDR = 27,25 0/00
Kelompok : Puja ellisa 201531350
Renata Ida nababan 201531361
Nama : Puja Ellisa
Nim: 201531350
Tugas Online 1.
Padatanggal 5 Februari 2015 ada 5 pasien yang pulang dan diketahui:
Tanggal masuk sbb: a. 13 Januari 2015
b. 29 Januari 2015
c. 31 Januari 2015
d. 27 Januari 2015
e. 4 Februari 2015
Pertanyaan: 1. Hitunglah LOS dari 5 pasien yang keluardari RS 2. Rata-rata lama perawatan (Average LOS)?
Jawab:
Los Pasien dari kelima pasien adalah:
13 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 24 hari waktu rawat
29 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 8 hari waktu rawat
31 Januari 2015 – 5 Februari 2015 : 6 hari waktu rawat
27 Februari 2015 - 5 Februari 2015 : 10 hari waktu rawat
4 Februari 2015 – 5 Februari 2015 : 1 hari waktu rawat
Jumlah LOS adalah : 49 hari waktu rawat.
Rata-rata lama perawatan (Average LOS)
ALOS = Jumlah lama perawatan pada periode waktu tertentu
Jumlah Pasien keluar (H+M) pada periode waktu tertentu
= 49 = 9,8 hari.
5
Sebuah RS pendidikan mempunyai ruang perawatan A dengan TT= 20 pada tahun 2015. Selama tahun tsb. Jumlah hari rawat = 5100hari. Jumlah pasien keluar = 1205 dengan lama perawatan = 4964 hari . a. Berapa jumlah pasien rata-rata perhari ? b. Berapa AVLOS ? c. Berapa BOR ?
Jawab:
Jumlah pasien rata-rata perhari:
Rata-rata= Jumlah Pasien Keluar
365 hari
Rata-rata = 1205
365
Rata-rata = 3,3 orang perhari
AVLOS = Jumlah lama perawatan pada periode waktu tertentu
Jumlah Pasien keluar (H+M) pada periode waktu tertentu
AVLOS = 4965
1205
AVLOS : 4,11 hari
BOR = Jumlah hari rawat pada periode tertentu x 100
Jumlah tt yang tersedia x jumlah hari pada periode yang sama
BOR = 5100 x 100
20 x 365
BOR = 69,86% = 70%
Sebuah RS Umum dengan TT=397 mempunyai pasien keluar/ meninggal 17245 dalam tahun 2015. Jumlah pasien meninggal = 470 dengan 79 meninggal< 48 jam. Jumlah Hari Rawat ( Bed days) = 126975 Jumlah Lama Perawatan pasien keluar/ meninggal = 114940. a. Angka Kematian Bersih (Net Death Rate) ? b. Angka Kematian Kotor ( Gross Death Rate ) ?
Jawab:
NDR = Jumlah pasien mati >48 jam X 1000 0/00
Jumlah pasien keluar (H+M)
NDR = 391 x 1000 0/00
17245
NDR = 22,67 0/00
GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya x 1000 0/00
Jumlah pasien keluar (H+M)
GDR = 470 x 1000 0/00
17245
GDR = 27,25 0/00
Kelompok : Puja ellisa 201531350
Renata Ida nababan 201531361
Jumat, 17 Juni 2016
PROSEDUR PELAYANAN ADMINISTRATION RUMAH SAKIT
PROSEDUR PELAYANAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
A. Prosedur Administrasi Pelayanan Rawat Jalan
1. Pasien datang di bagian admisi dan diterima oleh petugas admisi;
2. Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru (pasien yang baru pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat dan kehilangan kartu) atau pasien lama;
3. Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas pendaftaran mendaftar pasien sbb:
a. Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
b. Petugas pendaftaran mencetak KIB (Kartu Identitas Berobat) dan IUP (Index Utama Pasien);
c. Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
d. Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien kepoli / unit pelayanan yang dituju;
e. Di Unit Pelayanan / Poliklinik:
f. Petugas di unit pelayanan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien;
g. Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain?
h. Jika Ya petugas, maka petugas membawa formulir rujukan ke unit yang dituju;
i. Jika tidak, maka pasien / keluarganya dipersilahkan mengambil obat di bagian farmasi;
j. Kemudian petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir.
4. Jika pasien tersebut adalah pasien lama, maka petugas pendaftaran mendaftar pasien sebagai berikut:
a. Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat pasien;
b. Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akan dituju dengan mewawancarai pasien tersebut;
c. Petugas membuat tracer berdasarkan KIB pasien;
d. Petugas mengambil berkas rekam medis pasien ke Filing sesuai dengan tracer tersebut;
5. Apakah berkas rekam medis pasien sudah terkumpul?
a. Jika berkas belum terkumpul, maka petugas menunggu sampai berkas terkumpul banyak di bagian admisi;
b. Jika berkas sudah terkumpul, maka petugas mendistribusikan semua berkas rekam medis pasien ke poliklinik yang dituju;
c. Di Unit Pelayanan / Poliklinik:
d. Petugas di unit pelayanan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien;
e. Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain?
f. Jika Ya, maka petugas membawa formulir ke unit yang dituju;
g. Jika tidak maka pasien dipersilahkan mengambil obat di bagian farmasi;
h. Petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir;
i. Petugas mempersilahkan pasien pulang;
6. Jika prosedur diatas tidak diindahkan oleh petugas admisi dan terkait, maka, petugas yang bersangkutan mendapatkan sangsi oleh pihak manajemen maupun direktur.
B. Prosedur Administrasi Pelayanan Rawat Inap
1. Dokter menganjurkan pasien untuk rawat inap.
2. Atas persetujuan pasien/keluarga/penanggungjawab pasien, perawat IGD/POLI memberitahu receptionist bahwa pasien akan dirawat inap.
3. Perawat mengarahkan keluarga / penanggungjawab pasien untuk mendaftarkan pasien rawat inap ke receptionist.
4. Untuk pasien yang masuk melalui IGD, receptionist menanyakan Kartu Berobat pasien (untuk pasien lama) atau mencatat data / identitas pasien dengan lengkap (untuk pasien baru).
Untuk Pasien Umum
1. Receptionist menawarkan tarif jasa Rawat Inap secara jelas kepada pasien.
2. Apabila sudah ada kesepakatan dari keluarga / penanggungjawab pasien, maka receptionist memberikan form “Surat Pernyataan Pembayaran” kepada keluarga / penanggung-jawab pasien untuk diisi dan ditanda tangani
3. Receptionist meminta jaminan rawat inap kepada keluarga / penanggungjawab pasien berupa KTP/SIM atau tanda pengenal lainnya
4. Setelah form “Surat Pernyataan Pembayaran“ diisi dan ditanda tangani oleh pasien, berikan form tersebut ke bagian Rekam Medis untuk dicarikan berkas Status Pasien Rawat Inap sesuai dengan Nomor Rekam Medik dan selanjutnya Status Pasien Rawat Inap diantarkan oleh petugas Rekam Medis ke IGD/POLI yang dituju.
Untuk Pasien dengan Menggunakan Asuransi
1. Menanyakan kepemilikan asuransi kesehatan yang dimiliki pasien
2. Bila pasien masuk pada jam kerja, minta pasien untuk mengambil jaminan yang dikeluarkan oleh Perusahaan / Asuransi terkait. Bila pasien masuk diluar jam kerja, jaminan diambil keesokan harinya, pada saat jam kerja.
3. Meminta lembar jaminan, photo copy kartu asuransi, dan surat rujukan dari Puskesmas (kecuali kasus emergency) sebagai pelengkap tagihan.
4. Meminta pasien melengkapi persyaratan lainnya yang berhubungan dengan tagihan asuransi yang dimiliki.
5. Bila syarat adiminstrasi belum lengkap, keluarga / penanggung-jawab pasien diberi waktu maksimal 2x24 jam untuk memenuhi persyaratannya (selama pasien rawat inap). Jika tidak dipenuhi, pasien dianggap UMUM.
6. Tentukan dan beritahu keluarga / penanggung-jawab pasien tentang kamar yang akan ditempati oleh pasien sesuai dengan jatah yang telah ditentukan asuransi yang terkait, dengan mengelompokan Dewasa ( Pria / Wanita ) dan atau Anak.
7. Bila pasien meminta untuk naik kelas perawatan (kecuali JAMKESMAS dan JAMKESDA), berikan “Surat Pernyataan Kesediaan Pembayaran Selisih Biaya” untuk diisi dan ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien.
8. Receptionist meminta jaminan rawat inap kepada keluarga / penanggungjawab pasien (khusus kepada pasien yang minta naik kelas perawatan) berupa KTP/SIM atau tanda pengenal lainnya.
9. Setelah form “Surat Pernyataan kesediaan Pembayaran Selisih Biaya“ diisi dan ditanda tangani oleh keluarga / penanggungjawab pasien (khusus pasien yang minta naik kelas perawatan), berikan form tersebut ke bagian Rekam Medis.
10. Seluruh berkas administrasi rawat inap yang telah rampung diberikan ke bagian rekam medik untuk dicarikan berkas Status Pasien Rawat Inap sesuai dengan Nomor Rekam Medik dan selanjutnya Status Pasien Rawat Inap diantarkan oleh petugas Rekam Medis ke IGD/POLI yang dituju.
11. Petugas Rekam Medik mencatat di buku kunjungan pasien dan memberi tanda Rawat Inap.
12. Receptionist menginformasikan ke bagian rawat inap mengenai kamar yang akan dipergunakan pasien guna mempersiapkan segala kelengkapan dan fasilitasnya.
13. Perawat mempersiapkan ruangan pasien baru.
14. Setelah ruang rawat inap siap, perawat memberitahu receptionist bahwa ruangan telah siap untuk ditempati.
15. Receptionist memberitahu perawat POLI/IGD ruangan yang telah dipersiapkan.
16. Perawat POLI/IGD mengantar pasien ke ruangan rawat inap.
C. Prosedur Administrasi Pelayanan Gawat Darurat
Saat tiba di UGD, pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Setelah penaksiran dan penanganan awal, pasien bisa dirujuk ke RS, distabilkan dan dipindahkan ke RS lain karena berbagai alasan, atau dikeluarkan. Kebanyakan UGD buka 24 jam, meski pada malam hari jumlah staf yang ada di sana akan lebih sedikit.
Untuk perawatan di UGD ( Unit Gawat Darurat),Pasien bisa dirawat dengan rawat inap ataupun tidak, halini ditentukan seberapa parah sakit yang diderita pasien.Ketika pasien datang, pasien langsung dibawa keruang UGD untuk diperiksa, dalam pemeriksaan iniditentukan apakah pasien harus rawat inap apa tidak.
1. Pasien Tidak Rawat Inap
Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai, jika tidak ada pendamping pasien, pihak rumah sakit segeramenelpon keluarga pasien untuk datang serta melakukan proses selanjutnya, yaitu dia harus segera mendaftar direceptionist (khusus UGD), biasanya proses disini tidak ramai sehingga tidak perlu antri.Disini kita mendapat slip pembayaran untuk membayar biaya periksa dan biayaobat. Setelah itu kita harus membayar di loket pembayaran.Di loket pembayaran biasanya antri, karena segala proses pembayaran dari semua bidang, tidak hanya UGDdibayar disini. Kemudian kembali lagi ke receptionistuntuk menebus resep dengan menunjukkan slip pembayaran yg sudah di sahkan di loket pembayaransebagai bukti bahwa kita sudah membayar dengan lunas.Setelah mendapat resep, ambillah obatnya di apotek.Proses disini juga antri, karena tidak hanya UGD yangmengambil obat disini, tapi semua bagian. Setelahmendapat obat, jemput pasien di UGD dan pasien bisa pulang.
2. Pasien Rawat Inap
Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai dan pasien harus rawat inap, pendamping pasien harusmendaftar dulu di administrasi (berbeda tempat denganyang tidak rawat inap) untuk mendaftar dan mencariruangan. Ketika mendaftar dan mencari ruangan biasanyakita antri dulu karena adanya pasien dari bidang yang lainmendaftar disini juga. Setelah mendaftar dan mendapatruangan, pasien UGD tadi segera dibawa ke ruangantersebut untuk rawat inap dan dirawat selama beberapahari tergantung dari sakitnya.Setelah pasien sembuh atau masa rawat inap sudahselesai, pendamping beserta pasien segera menujuadministrasi lagi untuk mengambil slip pembayaran biayarawat inap (sudah termasuk obat yang diberi selama rawatinap). Proses disini antri. Setelah itu membayar di loket bank dengan membawa slip pembayaran tadi. Prosesdisini juga antri.Setelah selesai membayar, pendamping beserta pasien bisa pulang ke rumah ( pasien tidak perlu menebus resepobat, karena obat sudah diberikan ketika masa rawat inap).
D. Daftar Pustaka
Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UI-PressAzwar. Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : PT Bina RupaAksara.
Kamis, 09 Juni 2016
PELAYANAN FARMASI
NAMA
: PUJA ELLISA
NIM : 201531350
PELAYANAN
FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan kesehatan yang
mempunyai peran penting dalam mewujudkan kesehatan bermutu, dimana apoteker
sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas. Layanan kefarmasian selain menjadi tuntutan profesionalisme juga
dapat dilihat sebagai faktor yang menarik minat konsumen terhadap pembelian
obat di apotek. Pelayanan kefarmasian meliputi penampilan apotek, keramahan
petugas, pelayanan informasi obat,
ketersediaan obat, dan kecepatan pelayanan.
Apotek sebagai sarana kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan obat. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) 51 Tahun
2009, apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker (Depkes, 2009). Perkembangan yang pesat telah terjadi
di apotek dengan bergesernya orientasi seorang apoteker dari product atau drug oriented menjadi patient
oriented, yang bertujuan membantu pasien memperoleh dan menggunakan obat
yang tepat.
BAB II
LATAR
BELAKANG
2.1
PELAYANAN FARMASI
Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kesehatan pasien (Depkes, 2009).
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru
yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk
menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan
secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia
dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan
bagi Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat
memberikan Pelayanan Kefarmasian secara
komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun farmasi
klinik.
Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan Sistem
Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian,
sehingga diharapkan dengan model ini akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu.
Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pelayanan
farmasi klinik secara intensif.
2.2 TUJUAN PELAYANAN FARMASI
Tujuan
pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai adalah untuk:
a. penggunaan Obat sesuai dengan
Formularium Rumah Sakit;
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis
dan terapi;
c. memastikan persediaan efektif dan
efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
2.3 STANDAR PELAYANAN FARMASI
2.3.1
Penampilan apotek
Dalam hal pemilihan lokasi apotek hendaknya
mempertimbangkan keadaan sekitar, misalnya adanya sarana kesehatan baik rumah
sakit, praktek dokter, mantri (desa), bidan, klinik, dan puskesmas, selain itu
hendaknya dipilih daerah yang dekat dengan pusat keramaian seperti pasar atau
terminal dan juga pemukiman penduduk (Muslicnah, 2010). Penampilan apotek
adalah keadaan secara fisik dari penampilan apotek menyangkut penataan ruang
tunggu dan desain interior (etalase
obat), kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu serta fasilitas penunjang lainnya
seperti adanya TV, AC, koran, toilet, telpon dan penampilan petugas, serta
informasi secara umum berupa poster maupun papan pemberitahuan tentang prosedur
pelayanan. Lingkungan fisik apotek harus tersedia ruangan, peralatan dan
fasilitas lain yang mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik
pelayanan farmasi sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional dan profesional (Ifmaily, 2006).
2.3.2
Keramahan Petugas Apotek
Sistem pelayanan kepada pelanggan harus ramah (senyum,
sapa, salam), cepat, tepat, serta dengan
informasi yang jelas. Keramahan pada pelanggan sangat penting agar mereka
merasa dihargai, sehingga bisa menjadi pelanggan yang setia. Petugas melakukan
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan (Walgito, 2006). Hal
tersebut dapat dicapai apabila jumlah petugas cukup, sehingga beban pekerjaan
tidak terlalu berat, dengan demikian akan memberi kesempatan kepada petugas
untuk bersikap ramah. Baik atau buruknya suatu pelayanan kesehatan menurut
pasien diantaranya adalah dari sikap petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan
dipandang baik karena petugasnya ramah, bersahabat, sabar dan komunikatif.
Sebaliknya jika pelayanan kesehatan dianggap kurang baik karena petugasnya
kasar dan berbicara kurang sopan (Yunevy dan Haksamana, 2013).
2.3.4
Pelayanan Informasi Obat di Apotek
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan
obyektif diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi,
toksikologi, dan farmakoterapi obat. Pelayanan informasi obat adalah
pengumpulan, pengkajian pengevaluasian, pengindeksan, pengorgarnisasian,
penyimpanan, peringkasan, pendistribusian, penyebaran serta penyampaian
informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan berbagai metode kepada
pengguna. Perilaku penggunaan obat oleh pasien dapat dipengaruhi tingkat
pengetahuan pasien dan efektifitas informasi yang diterima oleh pasien mengenai
obat yang digunakan. Pelayanan informasi obat kepada pasien bertujuan
agar pasien mengetahui
penggunaan obat yang
diterima
Informasi yang diberikan antara lain nama obat, indikasi obat, dosis,
cara penggunaan, interaksi obat atau dengan makanan, efek samping, dan cara
penyimpanan (Siregar, 2005), sehingga dapat disimpulkan Pelayanan informasi
obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi serta
rekomendasi obat yang akurat oleh apoteker kepada pasien.
2.3.5
Ketersediaan Obat di
Apotek
Lengkap dan akurat dalam penyediaan obat harus sesuai
dengan standar penyediaan obat di apotek yaitu meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat OWA (Obat Wajib Apotek). Obat bebas dan
obat bebas terbatas merupakan obat yang memiliki logo lingkaran berwarna hijau
dan lingkaran berwarna biru yang meliputi obat penurun panas, batuk dan
vitamin, sedangkan obat OWA meliputi obat oral kontrasepsi, obat saluran cerna,
obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem
neuromuscular (analgesik),
antiparasit dan obat kulit (BPOM, 2004). Ketersediaan obat merupakan salah satu
pelayanan kefarmasian yang dilakukan dalam menentukan jenis dan jumlah obat
yang ada di dalam apotek. Ketersediaan obat di apotek merupakan faktor utama
dalam menghadapi persaingan dengan apotek sekitarnya. Pemesanan obat di pesan dari PBF (Pedagang Besar Farmasi)
dengan memberikan SP (Surat Pesanan) yang ditanda tangani oleh apoteker
penanggung jawab apotek. Ketersediaan obat dalam suatu apotek meliputi variasi
jenis, tipe ukuran
kemasan barang yang dijual, dan macam-macam rasa dari suatu produk yang
akan dibeli (Yuliana, 2009).
2.3.6
Kecepatan Pelayanan Petugas Apotek
Kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk mencapai target
secara cepat sesuai waktu yang ditentukan. Pelayanan adalah suatu bagian atau
urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain
atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan (Oktavia.,dkk, 2012). Dapat disimpulkan kecepatan
pelayanan adalah target pelayanan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan dengan tujuan tercapainya
kepuasan pelanggan. Secara teoritis pasien tidak ingin mengalami kesulitan atau
membutuhkan waktu yang lama dan antrian yang panjang untuk menunggu, tidak
berdaya serta merasa terlantar, apabila keinginan pasien dengan cepat
mendapatkan pelayanan terpenuhi maka akan timbul rasa kepercayaan pasien untuk
kembali membeli obat di tempat tersebut (Trimurthy, 2009). Pada dasarnya
manusia ingin kemudahan, begitu juga dengan mencari pelayanan kesehatan, mereka
suka pelayanan yang cepat mulai dari pendaftaran sampai pada waktu pulang (Naik
dkk, 2010)
2.4
INDIKATOR
2.4.1
Pelayanan Obat
Dalam hal pelayanan obat, secara keseluruhan
di empat kota, diketahui bahwa yang paling banyak dikerjakan di apotek adalah
pemeriksaan kesesuaian jumlah/ jenis obat dengan resep (sebesar 90,24%
responden) dan pemeriksaan kesesuaian penulisan etiket dengan resep (sebesar
89,02% responden). Sedangkan pelayanan obat yang paling banyak tidak dikerjakan
adalah mengunjungi rumah pasien sesuai dengan kebutuhan (hanya 21,95%
responden), pemeriksaan kelengkapan resep selalu dilakukan oleh apoteker (
hanya 35,37% responden), pengambilan obat menggunakan sarung tangan/ alat /
spatula (hanya 37,80% responden) dan pemeriksaan kerasionalan resep selalu
dilakukan oleh apoteker (hanya 37,80% responden).
2.4.2
Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Pasien
Dari
segi komunikasi, informasi dan edukasi pasien, yang paling banyak dikerjakan
adalah pemberian informasi obat yang jelas dan profesional, meliputi : Cara
pemakaian obat (sebesar 89,02% responden), Cara penyimpanan obat (sebesar
78,05% responden), sedangkan yang paling banyak tidak dikerjakan adalah melakukan
pencatatan data pasien yang sering berkonsultasi, meliputi : Pendidikan (hanya
19,51% responden), pekerjaan (hanya 24,39% responden), berat badan untuk pasien
anak (hanya 36, 59% responden), penyakit yang pernah diderita sebelumnya (hanya
36,59% responden), pemakaian obat sebelumnya untuk penyakit tersebut (hanya
36,59% responden), jenis kelamin (hanya 43,90% responden), alergi dan efek
samping terhadap obat yang pernah dialami (hanya 42,68% responden), dan
keluhan/gejala penyakit pasien (hanya 43,90% responden).
2.4.3
Pengelolaan Obat
Dalam
kegiatan pengelolaan obat, yang paling banyak dikerjakan di apotek adalah
pemeriksaan fisik obat, kemasan dan tanggal kadaluwarsa (sebesar 100%
responden) dan penyimpanan narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan (sebesar
97,56% responden). Kegiatan pengelolaan obat di apotek sudah cukup baik, hanya
beberapa yang masih kurang, yaitu memusnahkan resep yang telah tersimpan selama
tiga tahun menurut tata cara pemusnahan resep (hanya 69,51% responden).
2.4.4
Ketenagaan
Sebagian
besar apotek memiliki asisten apoteker (sebesar 98,78% apotek) dan hampir
semuanya selalu siap, ramah dan sopan melayanai konsumen (sebesar 93,9%
responden). Ketersediaan apoteker pendamping/ apoteker lain jika APA
berhalangan (hanya 29,27% apotek) dan sebagian besar personil kurang
memperhatikan pakaian, yang memakai pakaian rapi atau seragam dan menggunakan
name tag selama di apotek sebesar 53,66%.
2.4.5 Bangunan
Jika dilihat dari faktor
bangunan, maka sebagian besar apotek tersedia ruang peracikan dan penyerahan
resep (sebesar 98,78% apotek) dan ruang tunggu pasien (sebesar 97,56% apotek),
sedangkan yang paling banyak tidak tersedia adalah ruang apoteker/Ruang
konsultasi pasien dengan Apoteker (hanya 51,22% apotek). Hampir semua apotek
sudah memenuhi kelengkapan bangunan apotek, termasuk tersedianya alat pemadam
kebakaran, hanya 4,88% apotek yang tidak memilikinya. Peralatan dan Fasilitas
Pendukung di apotek juga sudah dapat dipenuhi oleh sebagian besar apotek, hanya
kotak saran dan komputer yang masih belum dapat dipenuhi. Kotak saran hanya
dimiliki oleh 34,15% apotek responden dan komputer hanya dimiliki oleh 58,54%.
2.5
PROSEDUR DAN HAL-HAL LAIN YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN FARMASI YANG BAIK.
Mendengarkan keluhan dan atau permintaan obat dari pasien.
Menggali informasi dari pasien meliputi antara lain :
- Untuk siapa obat tersebut
- Tempat timbulnya gejala
penyakit
- Seperti apa rasanya gejala
penyakit
- Kapan mulai timbul gejala
dan apa yang menjadi pencetusnya
- Sudah berapa lama gejala
dirasakan
- Ada tidaknya gejala
penyerta
- Pengobatan yang sebelumnya
telah dilakukan
- Obat lain yang dikonsumsi
untuk pengobatan penyakit lainnya.
- Informasi lain sesuai kebutuhan
BAB
III
KESIMPULAN
3.1
KESIMPULAN
Perkembangan
dan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif
dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi Apoteker untuk
meningkatkan kompetensinya. Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien untuk itu
kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan
secara kontinu agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan,
sehingga dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian
DAFATAR PUSTAKA
1. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
2. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Langganan:
Postingan (Atom)